Ida ma dengganai dohot sonangnai molo
tung pungu sahundulan angka na marhaha maranggi, ai disi do diparbaga Jahowa
pasu-pasu, hangoluan rodi salelengnilelengna (Psalmen 133). (Dalam Bahasa
Indonesia “ Sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara-saudara diam
bersama dan rukun sebab kesanalah Tuhan Allah memerintahkan berkat” dikutip dari
Mazmur 133).
Khususnya untuk kita pomparan
(keturunan) Op. Niulang Dongan, firman ini perlu dihayati dan imani dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu kami mencoba untuk memeberikan paparan paparan
nsebagai berikut :
1. Ompunta Op. Niulang Dongan adalah putra ketiga dari Ompunta Parpati Toba.
Dari nomor urut tarombo Borsak Bimbinan Hutasoit adalah no. 7 (Tujuh). Apabila
dihitung dari kita yang masih hidup sekarang , no. urut 15 (hamper tidak kenal
atau temui lagi), no.urut 16 (telah langka), no. 17 (generasi / angkatan dari
penulis), disusul oleh no. 18, 19, 20, dan 21. Apabila jarak antar angkatan /
generasi rata-rata dua puluh satu tahun, maka ompunta Op. Niulang Dongan hidup
pada masa 10 generasi (kira-kira 210 tahun) yang lalu sekitar tahun 1800.
2. 2.1 Ompunta Op. Niulang Donganlah
yang membuka (mamukka) huta Peanariburan artinya beserta keluarga (isteri,anak
dan boru ) merupaka penghuni pertama huta tersebut.
2.2 Op. Niulang Dongan mempunyai satu anak laki-laki dan lima anak perempuan
(boru) yang kemudian masing-masing menikah dengan marga Siburian, Aritonang,
Nainggolan, dan 2 marga lainnya.
2.3 Konon kabarnya Op. Niulang Dongan adalah seorang yang kaya yang memiliki
banyak harta ,seperti sawah ,lading, pea (danau kecil), emas ,ternak serta
barang-barang pusaka.
2.4 Dia mempunyai seekor kuda putih sebagai tunggangan kesayangan yang
mengantarkannya kemanapun dia pergi. Kuda tersebut pernah diminta memantu
(hela)-nya marga Siburian dari Paranginan. Sedemikian serius permintaan namun
tetap ditolak . permintaan it uterus menerus diajukan sehingga Op. Niulang
Dongan menjadi marah. Ia berpesan bahwa keturunannya tidak akan pernah secara
sukarela memberikan anak perempuannya sebagai istri kepada laki-laki keturunan
menantu (hela)-nya itu . Sampai sekarang tradisi ini masih dihormati oleh
keturunan Op. Niulang Dongan.
2.5 Kenapa ompunta bernama Op. Niulang
Dongan ?
Pengertian Dongan adalah teman / kawan.
Menurut cerita orang-orang tua Op. Niulang Dongan lama menanti hadirnya anak
laki-laki di keluarganya . begitu lama ia menanti kehadiran anak laki-laki
untuk dijadikan teman (dongan) hidupnya sekaligus sebagai penerus keturunan dan
pewaris seluruh kekayaannya. Begitu besar harapannya mendapatkan anak laki-laki
namun tak kunjung terkabul, ia menjadi putus asa. Akhirnya Op. Niulang Dongan
menyembunyikan dan menyerahkan pusaka dan emasnya kepada begu/homing penghuni
hutan dengan perjanjian benda-benda itu tidak akan ditampakkan / dikembalikan oleh
begu/homing tersebut apabila tidak ditukar dengan horbo sibadar (kerbau putih )
alias manusia.
Tak lama kemudian Op. Niulang dongan
mendapatkan anak laki-laki. Ia begitu bahagia mendaptkan anak yang sudah lama
dia berualng-ulang ia minta. Maka dari itu ia minta agar ia bernama Op. niulang
Dongan yang merupakan nama abadidan panggilan tertinggi dari seseorang (batak).
Setelah itu saudara-saudara dan
boru-boru Op. Niulang Dongan meminta agar seluruh pusaka dan perhiasan emas
yang disembunyikan untuk diambil namun karena ia berjanji kepada begu/homing
bahwa harta tersebut harus ditukar dengan horbo sibadar (manusia), padahal bagi
Op. Niulang Dongan manusia nilainya jauh melebihi harta tersebut,maka ia
berbohong kepda seluruh saudaranya dan kelima borunya bahwa seluruh harta
tersebut telah dicuri orang.
Selanjutnya agar seluruh harta itu tidak
terus diingat orang karena telah diserahkan kepda begu/homing. Tekait dengan
anak laki-lakinya , maka Op. Niulang Dongan berpesan kepda anak laki-lakinya
diberi nama Op. Niulang Bao . “Bao” artinya hanya disebut bila sangat
diperlukan; tidak boleh sembarangan disebut/diceritakan. Dengan kata lain ,
walaupun kita mengetahuinya , namun pantang untuk disebutkan hanya sekedar
supaya orang lain mengetahuinya. Contoh : nama inang bao kita pantang untuk
disebut.
2.6 Op. Niulang Bao memiliki empat anak laki-laki,yaitu :
- Op. Panaluan
- Op. Somanala
- Op. Toga Sahata
- Op. Sangga Uluan
2.7 Op. Panaluan, Op. Somanala, Op. Toga Sahata, dan Op. Sangga Uluan tidak
lama tinggal sekampung di Peanriburan . Menurut cerita orang-orang Tua mereka
terlibat perselisihan satu sama lain sehingga mereka itu berpisah dari huta
Peanariburan. Khusus Op. Somanala merantau ke hutajulu Parmonangan . Setelah
sementara bermukim di HutaTinggi/ Lobu Sunuk dan kawin dengan boru Manalu- Ruma
Ijuk. Dia beranak-binak di Hutajulu dan seluruh pomparannya menyebar dari sana
. Dia meninggal dan dimakamkan’ditambakkon disana (Hutajulu).
Apabila urutan generasi Op. Niulang
Dongan adalah no . 7 dan Op. Niulang Bao adalah no. 8 , maka urutan ke-4
ompunta di atas adalah no. 9. Sesuai dengan pengamatan barulah pada urutan
ke-14 dan ke-15 beberapa keturuan para ompunta di atas kembali mendiami huta Peanariburan,
kecuali keturunan Op. Panaluan.
Catatan : terkait hal-hal di atas bila
ada pendapat lain yang lebih akurat tentang tempat perantauan ke-4 ompunta itu
dan tentang kembalinya keturunan mereka di huta Peanariburan ini dapat
dikoreksi di kemudian hari.
2.8 Dari paparan di atas dapat kita simpuklkan bahwa jarak antara urutan
generasi no. 7 dan no. 8 sampai dengan no. 14 (kira-kira selama 140 tahun)
keturunan ke-4 ompunta tersebut tidak pernah hidup berdampingan (sahuta) di
wilayah huta Peanariburan . Khususnya pomparan Op. Somanala, yang pada umumnya
bermukim di Hutajulu Parmonangan, yang pertama kali kembali di Peanariburan
adalah Op Bostangan , putra ke-2 dari Op. Janji (no . urut 14) beserta
keluarganya ( satu istri, satu anak laki-laki, dan tiga anak perempuan ).
Kembalinya Op. Bostangan ini konon atas saran dari orang pintar agar istrinya
yang sakit-sakitan menjadi sembuh dan kehidupannya menjadi sejahtera . Baru
kemudian disusul kembalinya masing-masing satu anak laki-laki dari adik-adik
Op. Bostangan , yaitu Op. Jonyakin dan Op. Hajoran. Terakhir yang kembali dari
keturunan Op. Niulang Dongan dari Pomparam Ompu Somanala untuk ber-huta di
Peanariburan adalah keluarga Sahaphon Hutasoit, SE dari Jakarta (no.18).
Adapun saat ini kira-kira 250 keluarga
keturunan Op. Niulang Dongan yang mendiami wilayah Peanariburan hanya lebih
kurang 20 keluarga . Keturunan Op. Niulang Dongan tersebar hampir di seluruh
wilayah nusantara dan juga di Kanada, dan lain-lain yang dalam kehidupannya
sehari-hari sudah tidak berkepentingan lagi dengan bona pasogit Penariburan .
Kemungkinan kepentingan langsungnya hanya diwilayah tempat tinggal orang tua
atau ompung-nya , antara lain untuk berkepentingan acara adat, ziarah, dan
berlibur. Huta Peanariburan hampir tidak pernah dikunjungi lagi karena tidak
ada yang harus diketahui/dikenang dari huta tersebut.
Pertanyaan :
“Apakah kampung/huta ini akan dilupakan
oleh anak cucu kita?”
2.9 Huta Peanariburan terletak di ujung jalan artinya jalan yang ada berhenti
di kampong tersebut (buntu). Lebih kurang berjarak 1.400 m dari gereja HKBP dan
gereja HKI Hutasoit serta Tugu Parpati Toba, sebelah kanan dari jalan raya
Silaban – Simamora. Huta tersebut berhawa sejuk di tepi atas lembah Sitabo-tabo
(hutan Tobusurun), dikelilingi lading kopi,ubi,dan singkong yang subur serta
pohon-pohom rindang, terutama dua pohon beringin besar yang konon kabarnya
merupakan tambak (makam) Op. Niulang Dongan dan Op Niulang Bao. Di sebelah
timurnya terdapat beberapa buah pea (danau kecil) milik Op . Niulang Dongan dan
dijadikan usaha kongsi yang hasilnya dipergunakan untuk kepentingan bersama
oleh anggota pomparan yang tinggal di wilayah adat huta Peanariburan.
3. Ida ma dengganai dohot sonangnai molo tung sahundulan angka na marhaha
maranggi, ai disi do diparbaga Jahowa pasu-pasu.
Pertemuan tanggal 1 November 2009 yang
dihadiri oleh kira-kira seratus orang (ama, ina, dan anak-anak) pomparan Op.
Niulang Dongan di halaman huta Peanariburan merupakan babak baru bagi pomparan
tersebut karena pada pertemuan itu sahundulan lengkap na marhaha maranggi
keturunan ke-4 ompunta di atas, Sejak perselisihan ke-4 ompunta di atas
kira-kira 160 tahun yang lalu, pertemuan semacam ini belum pernah dapat
terwujud. Dalam pertemuan tersebut sangat dirasakan campur tangan Tuhan . Dalam
proses penyelesaian perselisihan turun temurun tersebut masing-masing keturunan
ke-4 ompunta , yaitu :
a. Keturunan Op. Panaluan diwakili oleh Parulian Hutasoit.
b. Keturunan Op. Somanala diwakili oleh Partungkoan Hutasoit.
c. Keturunan Op. Toga Sahata diwakili oleh St. J.H Hutasoit (Op. Ropatina).
d. Keturunan Op. Sangga Uluan diwakili oleh Ama Hotma Hutasoit.
e. Pihak boru diwakili oleh Aritonang
4. Tanda berupa menara/partungkoan ni Op. Niulang Dongan di huta Peanariburan
Seperti yang dikemukakan di atas bahwa
hampir 90 % keturunan Op. Niulang Dongan tersebar di wilayah nusantara yang
tidak berkepentingan lagi kembali ke Huta Peanariburan, maka generasi kita
sekarang berupaya agar keturunan Op. Niulang Dongan di perantauan merasa
memiliki kepentingan dan tertarik untuk datang mengunjungi bona pasogit
tersebut. Pada pertemuan tersebut di atas diputuskan perlunya mendirikan suatu
tanda permanen yang menjelaskna bahwa Op. Niulang Dongan adalah pembuka
(sipukka) huta Peanariburan. Tanda tersebut harus dibuat sedemikan rupasehingga
menarik/representative menajdi semacam situs bersejarah di huta Peanariburan.
Tanda/situs tersebut diharapkan menajdi tujuan wisata bagi masyarakat umum, khususnya
keturunan Op. Niulang Dongan yang tesebar diseluruh nusantara dan mancanegara
yang selama hidupnya belum pernah mengunjungi huta Peanariburan. Mereka yang
selama ini mungkin hanya mengetahui identitasnya sebagai marga Hutasoit.
Kemungkinan besar ompung atau orangtuanya tidak pernah memberitahukan tentang
bona pasogit huta Peanriburan karena mereka pun mungkin sudah tidak mengenal
huta tersebut. Maka fungsi tanda :
a. Mediator antar keturunan Op. Niulang Dongan di perantauan dengan yang
mendiami huta Peanaiburan dengan yang mendiami huta Peanariburan, karena di
tanda tersebut akan dicantumkan tarombo singkat Op. Niulang Dongan,
anaknyayakni Op. Niulang Bao, serta ke-4 anak Op. Niulang Bao, yaitu :
- Op. Panaluan
- Op. Somanala
- Op. Toga Sahata
- Op. Sangga Uluan
Dengan demikian diharapkan terjadi
interaksi antara keturunan Op. Niulang Dongan yang berkunjung dari perantauan
dengan yang ada di huta Peanariburan (dari tarombo tertulis di tanda mereka
dapat betutur dengan keturunan Op. Niulang Dongan yang ada di huta tersebut).
Maka terciptalah kehidupan yang rukun yang dimaksudkan di dalam firman Tuhan
dan dalam pepatah “tak kenal maka tak sayang”, setelah kenal baru sayang “.
b. Menjadi bukti abadi bahwa keturunan Op. Niulang Dongan mewarisi beberapa
buah pea (danau kecil) yang tidak dimiliki oleh perorangan tapi dimiliki secara
bersama-sama, hanya hasilnya selama ini dinikmati oleh keturunan yang mendiami
huta Peanariburan.
c. Di tanda tersebut akan dituliskan firman Tuhan agar semua pengunjung,
terutama keturunan Op. Niulang Dongan selalu mengingat bahwa keturunan hidup
bersaudara adalah kehidupan yang diberkati sehingga di dalam sanubari seluruh
keturunan dari segala generasi tertanam rasa persatuan dan saling menyayangi
serta menghindari perselisihan dan perpecahan di antara mereka.
Tanda/situs berupa menara/partungkoan di
atas huta Peanariburan diharapkan menjadi salah satu lokasi wisata bagi
keturunan Op. Niulang Dongan di masa yang akan dating disamping Salib Kasih
(Tarutung) serta wisata rohani dan Tugu Pejuang T.B Simatupang (Sidikalang)
yang saat ini menjadi daerah tujuan wisata khususnya pada hari-hari libur.
Tanda tersebut sebaiknya terletak di
halaman huta dan dibuat berupa suatu menara yang dikelilingi beberapa tempat
duduk untuk istirahat sperti yang dibuat Salib Kasih Tarutung yang dapat
dimanfaatkan sebagai tempat kebaktian oleh pengunjung. Adapun biaya
pembuatantanda/situs di atas hakekatnya tergantung pada kemampuan yang ada
karena suatu tanda/situs/partungkoan tidak harus memakan biaya besar. Yang
penting tanda itu bersifat permanen, terbuat dari beton/batu, sehingga tidak
dapat digeser/dipindahkan dan sulit untuk dirusak.
5. Penutup
Pomparan ni Op. Niulang Dongan Di bona
pasogit terutama yang telah ditunjuk sebagai panitia bertekad program ini harus
terwujud cepat atau lembat.
Marilah kita mengambil sikap “Kalau
bukan sekarang kapan lagi tanda/situs akan terwujud dan kalau bukan oleh kita
siapa lagi yang kita harapakan untuk mewujudkan ?’. Bila generasi sekarang
tidak melakukannya maka keturunan Op. Niulang Dongan di perantauan akan tidak
pernah lagi mengenal bona pasogitnya.
Marilah kita sisihkan berkat dari yang
telah diberikan Tuhan kepada kita untuk tujuan mulia pembinaan kasih (holong ni
roha), antar keturunan Op. Niulang Dongan . Firman Tuhan dalam Yakobus 4 : 17
mengatakan “ Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia
tidak melakukannya, ia berdosa”
Demikian paparan ini kami sajikan untuk
sekedar menjadi renungan di diri kita masing-masing.
NB. Mohon maaf apabila sekilas riwayat
hidup/paparan ini terdapat kekurangan
Oleh
Dto
St. Alfred Hutasoit
(Op. Martin) dari
Pomparan Op. Niulang
Dongan